MAKNA KETAN(JADAH) DAN KUE APEM SERTA KOLAK DALAM TRADISI RUWAHAN PADA MASYARAKAT JAWA

 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman budaya baik dalam bidang kesenian ataupun dalam bidang tradisi(ritual) dan kebudayaan tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia tidak terkecuali di pulau Jawa. Kebudayaan yang terdapat di pulau Jawa juga tidak hanya satu atau dua macam tetapi puluhan. Dan kebudayaan tersebut pasti memiliki makna yang berbeda-berbeda menyesuaikan lingkungan dimana budaya tersebut lahir. Selain mempunyai makna yang berbeda-beda tetapi juga diadakan dalam kurun waktu yang tidak sama. Biasanya waktu yang dipilih dalam setiap tradisi dianggap sebagai waktu yang baik atau waktu dimana keberkahan bisa diraih. Pemilihan waktu pelaksanaan juga tidak  bisa sembarangan melainkan sudah ada perhitungan khusus atau bisa juga melihat dari gejala-gejala alam yang terjadi seperti contoh bulan purnama atau rasi bintang. Untuk pulau Jawa sendiri lebih tepatnya daerah Jawa Tengah dan sekitarnya terdapat satu tradisi unik yang sudah berjalan sekian tahun lamanya. Tradisi tersebut adalah ruwahan.

Ruwahan adalah tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa guna menyambut datangnya bulan suci ramadhan. Tradisi tersebut biasanya diisi dengan kegiatan bersih-bersih desa (gotong royong), lalu pada malam harinya akan dilaksanakan kegiatan kenduri dan dihari selanjutnya akan dilakukan kegiatan ziarah ke makam saudara-saudara yang sudah meninggal dunia. Dan tepat satu hari sebelum dimulainya puasa masyarakat akan menjalani tradisi Padusan(mandi besar). Dalam tradisi ini banyak masyarakat yang berkunjung ke tempat-tempat pemandian seperti umbul(sumber mata air), atau bisa juga berkunjung ke tampat wisata air.  Biasanya tradisi ruwahan dilaksanakan di bulan ruwah dalam kalender jawa atau bulan sya’ban dalam kalender hijriah. Tradisi ruwahan sendiri tidak hanya berlangsung dalam waktu satu hari melainkan dua sampai tiga hari tergantung dengan kepercayaan masyarakat di masing-masing daerah.

Dalam tradisi ruwahan sendiri terdapat makanan-makanan tradisional  yang telah menjadi ciri khas tersendiri dari acara ruwahan. Makanan tersebut adalah kolak, ketan(Jadah), dan kue apem. Untuk masyarakat jawa sendiri pemilihan ketiga makanan tersebut tidak sembarangan, melainkan dari ketiga makanan tersebut telah memiliki makna yang mendasar sehingga menurut masyarakat jawa ketiga makanan tersebut pantas untuk disajikan dalam tradisi ruwahan. Meskipun tradisi ruwahan ini sudah berlangsung sangat lama serta tersedianya makanan ketan,apem,dan kolak juga sudah menjadi ciri khas dari tradisi ruwahan tetapi tidak sedikit masyarakat yang belum mengetahui makna dari makanan-makanan tersebut terutama anak-anak remaja di zaman modern seperti ini bahkan terkadang mereka juga tidak mengetahui seperti apakah bentuk dan rasa dari ketiga makanan tersebut. Untuk mennyikapi permasalahan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai makna makanan-makanan yang telah disebutkan diatas maka penulis akan mencoba memberikan analisis mengenai makna dari ketan(Jadah) ,kue apem,dan kolak  yang tersedia di tradisi ruwahan.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jadah atau ketan merupakan makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan santan, dan kelapa parut, serta diberi tambahan garam dan daun pandan agar memiliki aroma yang harum. Untuk varian rasa terkadang pembuat menambahkan gula merah sehingga ketan tersebut akan berwarna coklat dan memiliki rasa yang manis dan pada masyarakat jawa ketan yang memilki warna coklat ini disebut wajik. Sedangkan kue apem adalah kue tradisional yang sudah ada sejak indonesia masih berbentuk daerah-daerah kerajaan, kue ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan tepung kanji dan dilarut  dengan air hangat serta diberi tambahan santan kelapa dan sedikit gula serta garam. Ada dua cara untuk membuat kue apem yaitu dengan di panggang atau di kukus tetapi untuk acara ruwahan sendiri lebih sering menggunakan kue apem yang dibuat dengan cara dipanggang.

Makanan yang ketiga adalah kolak, kolak merupakan makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia cara pembuatannya yang mudah serta rasanya yang unik membuat masyarakat indonesia selalu tertarik untuk memakannya. Makanan ini juga amat erat hubungannya dengan bulan puasa dimana masyarakat Indonesia banyak memilih kolak sebagai makanan berbuka puasa.  Kolak bisa dibuat dengan pisang,ubi, atau nangka. Bahkan terkadang ketiganya dibuat menjadi satu agar rasanya memiliki sensasi yang berbeda. Bahan tambahan untuk membuat kolak adalah santan, gula merah, daun pandan, dan fanili.  Untuk tektur santan pada kolak yang disajikan pada tradisi ruwahan berbeda dengan tekstur santan yang biasa dijual saat bulan suci ramadhan. Pada tradisi ruwahan tekstur santan lebih kental, sedangkan pada umumnya kolak memiliki tekstur santan yang cair.

Penyajian dari ketan(Jadah), kue apem, serta kolak biasanya disajikan saat dilakukan acara kenduri. Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis pada bagian pendahuluan bahwa tradisi ruwahan tidak hanya berlangsung satu hari saja melainkan lebih dan memiliki rangkaian acara. Kenduri merupakan rangkaian acara kedua, kenduri biasa dilaksanakan malam hari tepatnya setelah shalat Isya. Durasi waktu yang dihabiskan untuk acara kenduri ini biasanya mencapai dua jam. Acara ini biasanya diikuti oleh bapak-bapak dan dalam acara ini semua orang yang hadir akan bersama-sama melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dipimpin oleh seorang ustadz. Tetapi terkadang ada daerah yang memang sengaja tidak mengadakan acara kenduri sehingga makanan-makanan yang telah dibuat dibagikan kepada warga dengan mendatangi rumah warga satu persatu.

Bahkan untuk zaman moderm seperti ini khususnya daerah perkotaan tradisi ruwahan sudah menghilang dan banyak diantaranya mengadakan pengajian sebagai acara pengganti ruwahan guna menyambut bulan suci ramadhan. Banyak alasan yang melatarbelakangi kenapa masyarakat perkotaan lebih memilih melaksanakan pengajian dari pada ruwahan, salah satunya adalah tingkat kepraktisan. Dengan banyaknya rangkaian acara dalam tradisi ruwahan memang akan banyak menyita waktu apalagi ditambah dengan mempersiapkan makanan yang akan disajikan sehingga banyak yang memilih untuk mengadakan pengajian yang pasti lebih hemat waktu dan tidak perlu banyak persiapan. Bukan hal yang salah memang jika masyarakat perkotaan sudah mulai meninggal tradisi tersebut karena pada dasarnya tradisi tersebut tidaklah diwajibkan di agama islam, namun bagi sebagian orang yang masih sangat menjaga tradisi jika tidak melakukan ruwahan akan merasa ada  bagian yang kurang atau terlewat dalam menyambut bulan suci ramadhan.

 

  KESIMPULAN

1.      Di pulau Jawa terdapat tradisi yang disebut ruwahan. Tradisi ini diselenggarakan guna menyambut datangnya bulan suci ramadhan.

2.      Tradisi ruwahan dilaksanakan pada bulan ruwah atau bulan sya’ban pada tahun Hijriah.

3.      Tradisi ruwah tidak diwajibkan di Agama islam, hanya masyarakat yang meyakini tradisi tersebut yang masih melaksanakannya.

4.      Terdapat tiga makanan tradisional di acara ruwahan yaitu ketan(Jadah),Kue Apem, dan Kolak. Dan ketiga makanan tersebut memiliki makna masing-masing.

5.      Makna kata ketan (Jadah) dalam masyarakat Jawa bisa diartikan “kraketan” atau “ngraketke ikatan” yang artinya melekatkan ikatan. Dimaknai sebagai hubungan tali persaudaraan. Sedangkan ada pula yang menganggap bahwa kata ketan diambil dari bahasa arab yaitu “khatam”  yang artinya tamat. Kata tersebut melambangkan umat nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.

6.      Makna kue apem, nama apem sendiri dipercaya berasal dari Arab yaitu “Afwan” yang memilki arti mohon ampunan. Bisa juga berasal dari kata “afuan” yang memilki arti maaf atau memaafkan. Dari makna-makna kata tersebut diharapkan setiap masyarakat mau untuk memberi maaf dan juga berlapang dada untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat.

7.      Makna kolak, sama halnya dengan makna kedua makanan diatas makna kata kolak juga bersal dari Arab. Kolak berasal dari kata “Khalaqa” yang mempunyai arti mencipta. Dalam perihal ini diharapkan sang pembuat atau masyarakat yang memakan kue apem tersebut akan semakin dekat dan selalu ingat dengan Allah SWT.

8.      Banyak dari anak remaja tidak mengetahui secara benar apa makna dari ketiga makanan yang sudah menjadi ciri khas dari tradisi ruwahan.

9.      Tradisi ruwahan sudah mulai ditinggalkan dan tergantikan dengan acara pengajian.

Tradisi ruwahan untuk sekarang mungkin masih bisa dijumpai di daerah – daerah tertentu namun dengan menurunnya minat masyarakat dalam melaksanakan tradisi tersebut bukan tidak mungkin jika beberapa tahun kedepan tradisi ini akan hilang ditelan zaman. Memang bukan hal yang diwajibkan dalam ajaran Islam tetapi bukanlah sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai masyarakat Indonesia untuk menjaga serta melestarikan budaya bangsa. Adanya budaya dalam sebuah negara sangatlah penting karena itu sebagai identitas bangsa. Mungkin beberapa cara senderhana bisa dilakukan untuk menjaga tradisi tersebut bisa tetap lestari. Cara tersebut antara lain dengan mengajak semua anggota karang taruna untuk turut berpartisipasi langsung dalam acara ruwahan. Atau bisa juga dengan tetap mempertahankan ciri khas makanan dalam tradsisi ruwahan dan disajikan dalam acara pengajian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN MAHASISWA DALAM MEMBERANTAS KORUPSI

Fungsi POHON untuk Kehidupan